JAKARTA, parimoaktual.com – Jumlah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah (SpJP) hanya berjumlah 1.485 orang. Jumlah ini, menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, masih jauh dari kebutuhan.
Menurutnya, satu dokter jantung idealnya melayani 100.000 orang. Namun, kondisi saat ini, satu dokter jantung harus melayani sebanyak 250.000 orang.
Akibatnya, hal tersebut berdampak terhadap tidak maksimalnya pelayanan pasien jantung di fasilitas pelayanan kesehatan. Sehingga, berdampak pula terhadap banyaknya pasien jantung yang meninggal dunia.
“Salah satu layanan yang masih kekurangan banyak dokter spesialis adalah layanan kesehatan jantung,” ujar Menkes Budi dalam Sidang Terbuka Dies Natalia ke-68 Universitas Airlangga di Surabaya pada Rabu (09/11/2022).
Sehingga, Kemenkes terus berupaya untuk menambah produksi dokter spesialis dengan berbagai akselerasi yang diantaranya menambah jumlah prodi di fakultas kedokteran, membuka fellowship, dan mendorong pendidikan dokter berbasis rumah sakit atau Hospital Base serta universitas atau University Base.
Menurutnya, Universitas Airlangga sebagai salah satu perguruan tinggi dengan dokter spesialis terlengkap di Indonesia yang diharapkan bisa membantu dan mendukung upaya percepatan tersebut.
Dengan begitu, produksi tenaga kesehatan semakin meningkat. Selain itu, pelayanan kesehatan, terutama penyakit tidak menular juga semakin baik, berkualitas, dan merata di seluruh Indonesia.
Olehnya, Kemenkes terus mendorong perguruan tinggi untuk memproduksi lebih banyak dokter spesialis. Sebab, jumlah dokter spesialis yang ada saat ini masih sangat kurang dan belum merata di seluruh Indonesia.
“Saat ini, kita kekurangan banyak dokter spesialis. Sehingga saya membutuhkan bantuan dari universitas untuk memperbanyak dan mengakselerasi produksi dokter spesialis untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa manusia. Saya juga tidak bisa bekerja sendiri,” katanya.
Menanggapi hal itu, Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih mengaku siap mendukung pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia, khususnya pemenuhan dokter spesialis.
“Kami siap mendukung berbagai kebijakan termasuk pengembangan spesialis-spesialis yang belum ada di Universitas Airlangga dan juga menambah daya tampung dari spesialis-spesialis yang sudah ada, yang datanya memang sangat luar biasa kurangnya,” pungkasnya.
Sumber : Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes