PARIMO, parimoaktual.com – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, menyatakan komitmennya dalam mendukung upaya kolaboratif mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan reproduksi.
Fokus perhatian diberikan kepada kelompok rentan seperti perempuan, ibu hamil, anak perempuan, lansia, dan masyarakat miskin yang tinggal di wilayah rawan bencana.
Dukungan ini disampaikan dalam diskusi ahli bertajuk “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan Reproduksi” yang digelar Yayasan Merah Putih (YMP) Sulawesi Tengah, mitra IPAS Indonesia melalui program CERAH.
Kegiatan berlangsung di Aula Kantor Bappelitbangda Parimo, Kamis (24/07/2025), dan dibuka oleh Sekretaris Bappelitbangda Parimo, Krisdaryadi Ponco.
Dalam sambutannya, Ponco menegaskan bahwa isu perubahan iklim tidak hanya berkaitan dengan lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat.
“Bencana iklim seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, dan badai mengganggu akses air bersih, makanan bergizi, sanitasi layak, hingga layanan kesehatan. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi sangat serius, mulai dari infeksi, komplikasi kehamilan, hingga terbatasnya akses terhadap alat kontrasepsi,” ujar Ponco.
Ia menambahkan, ketimpangan gender memperparah dampak perubahan iklim. Perempuan yang sering memikul tanggung jawab domestik seperti menyediakan air dan makanan, kerap mengabaikan kebutuhan kesehatannya sendiri.
Melihat kompleksitas persoalan ini, Pemda Parimo menilai pentingnya pendekatan interseksional yang mengintegrasikan perspektif iklim, gender, dan kesehatan dalam penyusunan kebijakan yang adil dan inklusif.
“Kegiatan ini menjadi ruang belajar bersama untuk mengidentifikasi risiko sekaligus merumuskan strategi responsif berbasis bukti dan pengalaman komunitas,” jelasnya.
Pemda Parimo berharap diskusi ini dapat melahirkan rekomendasi kebijakan yang konkret dan menginspirasi masyarakat untuk berperan aktif sebagai agen perubahan dalam menghadapi tantangan kesehatan di tengah krisis iklim.
“Kami mengapresiasi perhatian dan partisipasi semua pihak. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal dalam memperkuat perlindungan terhadap hak dan kesehatan reproduksi di tengah dampak perubahan iklim,” pungkas Ponco. (abt)