PARIMO, parimoaktual.com – Abdul Muis, Salah satu guru Sekolah Dasar Negeri 2 terpencil Eeya, Kecamatan Palasa Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng) berharap pemerintah daerah setempat membangun tambahan ruangan kelas di sekolah tersebut.
“Harapan saya, semoga pihak pemerintah daerah Parigi Moutong membangun tambahan ruang kelas di SD terpencil Desa Eeya,” kata Abdul Muis kepada sejumlah awak media pada acara apresiasi mahakarya GTK, di Auditorium kantor Bupati, Selasa (28/5/2024) malam.
Karena menurut Abdul Muis, kondisi sekolahnya saat ini baru memiliki tiga ruang kelas. Sehingga, dalam satu ruang kelas tersebut terpaksa harus ditempati oleh dua rombongan belajar (Rombel).
“Jadi dari tiga ruang kelas dihuni oleh 6 rombongan belajar, ruangan satu diisi kelas 5 – 6, ruangan dua diisi kelas 3 – 4 dan ruangan tiga diisi kelas 1 dan kelas 2,” jelasnya.
Meskipun dengan segala keterbatasan yang ada, Abdul Muis mengaku tetap semangat dan memberikan yang terbaik demi masa depan anak didiknya.
Ia berharap, apa yang telah dibuatnya di SDN 2 terpencil Eeya itu, dapat memotivasi para guru lain yang ada di Kabupaten Parigi Moutong, khususnya di kecamatan Palasa.
Pada kesempatan itu, Abdul Muis salah satu guru yang mendapatkan apresiasi mahakarya dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Parigi Moutong.
“Saya mulai mengajar sejak tahun 2007 hingga saat ini. Jadi saya menekuni profesi guru itu sudah 17 tahun lamanya,” terang Abdul Muis.
Ia mengaku, bangga dengan mendapatkan apresiasi mahakarya dari Dirjen GTK Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Menurutnya, jumlah guru di SDN 2 terpencil Eeya sebanyak 9 orang. Ia mengaku, setiap hari dirinya harus rela menempuh jarak kurang lebih 7 kilometer untuk sampai di sekolah tersebut.
“Jarak sekolah dari rumah saya sekitar 7 kilometer, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam menggunakan sepeda motor dari hari Senin sampai Sabtu,” ungkapnya.
Dari 2007 hingga tahun 2021 kata dia, dirinya masih berstatus sebagai guru honorer. Setelah itu, tahun 2022 terangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Ia menambahkan, sembilan orang guru di SDN 2 terpencil Eeya yang berstatus honorer sebanyak empat orang, aparatur sipil negara (ASN) satu orang, dan empat orang lainya berstatus PPPK.
“Jadi ada empat orang masih honor, satu orang ASN, itu kepala sekolah, selebihnya PPPK, ujarnya.(dany)